Saya punya mimpi besar. Membayangkan diri ikut andil di garda terdepan dalam mengembangkan teknologi umat manusia yang termutakhir. Ikut membantu menggerakkan arah peradaban, menciptakan the next big thing. Lihatlah perkembangan dunia sekarang ini — ada kecerdasan buatan, penjelajahan luar angkasa, terobosan ilimiah para intelektual hebat dan cikal bakal energi tanpa batas fusi nuklir! Semuanya luar biasa dan mengisi pikiran tentang masa depan sebagai masa yang penuh harapan.

Semua itu… terdengar relevan hanya di negara-negara maju. Orang-orang di luar sana sudah memikirkan tentang artificial general intelligence dan mereka sudah memikirkan tentang bagaimana merekayasa nozzle roket yang akan membantu menjadikan manusia spesies antar-planet. Sementara itu di sini, di Indonesia, orang-orang masih sibuk dengan hal-hal sepele.

Ya, mungkin bukan perbandingan yang adil. Namun hanya saja dan mungkin saya saja yang mainnya kurang jauh: dengan populasi 280 juta dan yang ke-4 di dunia, tidakkah terdengar aneh jika sedikit atau bahkan tidak ada sumber daya yang tampak di negeri ini yang memberikan dampak nyata dan masif terhadap dunia? Mengapa orang-orang kita begitu tidak berdaya dan tidak diberdayakan?

Sungguh beruntung bagi mereka yang lahir, tumbuh dan hidup di tempat asalnya Microsoft, Google, OpenAI dan kawan-kawan. Mereka punya kesempatan untuk ikut andil dalam salah satu hal yang paling bermakna dan berguna di kehidupan ini. Bagaimana tidak? Sumber daya yang sangat besar dan berpengaruh ada disana dan mereka memiliki peluang besar untuk memasukinya dan menyetir kemana arah perkembangan teknologi ini.

Saya sulit mencari kata-kata yang cocok untuk keadaan yang mengganjal di hati ini. Dalam sisi akademis mungkin intellectual property? Ya, saya rasa negeri ini kurang dalam aspek itu, mungkin kita kurang dalam orisinalitas, mungkin kita kurang dalam inovasi — publikasi ilmiah kita tidak begitu dianggap.

Namun potensi kita besar sekali, sungguh sungguh besar. Satu-satunya usaha yang masuk akal adalah dengan menjemput peluang itu, atau miss selama-lamanya. Tantangan kita hebat, upaya kita mulia.

Demikian curahan hati singkat seorang pemuda yang naif dan lebih parahnya idealis.